"Jangan Mengatasnamakan Penderitaan Rakyat Palestina Untuk Mengumpul kan Uang"

Jakarta Agresi militer Israel ke Palestina, khusunya Jalur Gaza dalam 10 hari terakhir dikecam di seluruh dunia. Trial solidaritas untuk warga Gaza digelar di berbagai kota di dunia, salah satunya di Jakarta. Tak hanya itu, sejumlah pihak juga banyak yang menggalang dana untuk disumbangkan ke Palestina.

Ketua Komunitas Palestina di Indonesia, Murad Halayqa mengaku senang dengan tingginya solidaritas masyarakat Indonesia untuk negaranya. Hanya saja dia menyesalkan ada oknum yang kerap memanfaatkan situasi ini untuk mengumpulkan donasi tapi demi keuntungan diri sendiri.

"Ada banyak orang yang pakai nama Palestina untuk kumpul duit, itu saya jujur sama kamu, itu salah satu hal yang saya observasi sebagai pekerjaan saya, karena itu yang dipakai nama negara saya. Yang dijual penderitaan rakyat saya. Itu yang saya tidak suka," jelasnya kepada Merdeka.com, Rabu (19/5).

Murad mengatakan, pihaknya menghargai setiap nilai sumbangan yang diberikan masyarakat, hanya saja sebaiknya disalurkan melalui lembaga yang tepat seperti Bulan Sabit Merah atau langsung ke pengelola rumah sakit Indonesia di Gaza. Dia menegaskan, yang dibutuhkan saat ini khususnya oleh warga Gaza adalah bantuan medis, bukan makanan. Seperti diketahui, jumlah korban jiwa di Gaza akibat serangan udara Israel terus bertambah dan kini melampaui angka 200 orang.

"Sekarang Gaza dalam keadaan krisis, yang mau donasi ke Red Crescent atau Bulan Sabit Merah Indonesia dan donasi ke rumah sakit. Kami tidak perlu makanan, tolong. Kami tidak lapar. Tidak perlu makanan. Soal medis saja di Gaza. Yang bilang orang Palestina perlu makanan, orang Palestina tidak perlu makanan. Saya jujur. Soal medis yang ada masalah," jelasnya.

Komunitasnya, kata Murad, juga tidak menggalang atau menerima donasi dalam bentuk uang. Komunitasnya juga tidak punya rekening. Tapi jika ada pihak yang ingin berdonasi obat-obatan, pihaknya bisa memfasilitasi pengirimannya ke Palestina.

Dia juga mengatakan belakangan ini dia banyak melihat ajakan donasi di media sosial. Pihaknya pun meminta pemerintah Indonesia mengontrol hal ini, sehingga tidak semua orang bebas menggalang kampanye atau donasi. Termasuk meminta memfasilitasi donasi ini agar sampai langsung ke rakyat Palestina.

"Saya berharap pemerintah mengontrol hal ini. Bukan siapa-siapa (siapa saja) bisa buat kampanye," ujarnya.

"Dan saya lihat di Facebook itu sekarang booming di sana. Jadi saya sudah beberapa kali bicara sama pemerintah untuk buat sesuatu yang jelas dari pemerintah, pemerintah nanti ambil, nanti dikasih (ke Palestina) dari pemerintah ke pemerintah. As basic as that."

"Jadi yang kami perlu, ini tolong, saya sakit hati, ini saya jujur, tolong jangan pakai nama, eksploitasi penderitaan rakyat saya, untuk kumpul duit. Mau kumpul duit, kumpul duit saja, tapi jauh dari pakai nama negara saya. That's it. Ini harapan saya. Tapi untuk dukungan dari orang Indonesia, itu luar biasa, luar biasa. Dan saya jujur, kalau dibandingkan beberapa negara-negara Arab, Indonesia jauh lebih bagus, jauh lebih tinggi."

Diplomasi rakyat

Komunitas Palestina di Indonesia dibentuk pada 21 April 2018. Komunitas ini ada di berbagai negara, di mana ada diaspora orang Palestina.

Murad mengatakan, jumlah orang Palestina di Indonesia sedikit jika dibandingkan dengan negara lainnya.

"Di sini jumlah orang Palestina sedikit. Sekarang jumlah orang Palestina di sini fading 200-300 di seluruh Indonesia. Di Eropa, di Amerika Serikat, ada ribuan," ujarnya.

Orang Palestina menyebar ke berbagai negara awalnya sebagai pengungsi saat tanahnya direbut orang Israel. Saat ini, jumlah orang Palestina di Palestina sendiri hanya sekitar 6 juta. Sementara di seluruh dunia jumlahnya sekitar 7 juta, yang merupakan keturunan pengungsi Palestina yang terusir dari negaranya pada 1948 dan 1967.

Terkait kegiatan komunitasnya, Murad mengatakan pihaknya tidak terlibat dalam urusan politik atau diplomasi antar pemerintah, yang menjadi tugas dan fungsi kedutaan besar. Pihaknya fokus pada masalah sosial.

"Sosial atau individuals diplomacy, atau diplomasi rakyat. Jadi diplomasi rakyat untuk mempererat hubungan dengan rakyat Indonesia. Kami jauh dari pemerintah, pemerintah tetap kerjasama dengan pemerintah Indoensia, tapi yang jelas itu melalui kedutaan. Kami juga mensupport aktivitas-aktivitas kedutaan juga di sini. Jadi kami secara dalam aktivitas terpisah dari kedutaan," jelasnya.

Tidak hanya dukungan dan solidaritas masyarakat Indonesia yang tinggi terhadap Palestina, tapi juga komitmen pemerintah RI, salah satunya melalui program pengembangan kapasitas (capability structure).

Murad salah satu warga Palestina yang mendapat beasiswa dari pemerintah Indonesia, menempuh pendidikan magister di UI dan pernah mengikuti pusdiklat Kementerian Luar Negeri RI.

"Di Indonesia kemarin ada program capacity building, pemerintah Indonesia salah satu negara yang membuat komitmen membantu orang Palestina untuk membangun organisasinya, membangun pemerintahannya, jadi program ability structure Indonesia untuk 1000 orang dan 1000 orang sudah selesai," ujarnya.

Rumat sakit Indonesia di Gaza juga menjadi salah satu komitmen tingginya dukungan masyarakat dan pemerintah Indonesia untuk rakyat Palestina yang sampai saat ini masih berjuang melepaskan diri dari penjajahan Israel.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pihak Militer Myanmar Tangkap 3 Jurnalis Dawei Watch

Sejarah Tanah Deli Dan Asal Mula Nama Kota Medan, Sebagai Berikut

Kisah Stasiun Radio Pemancar Pertama yang Mendunia Berada di Malabar Bandung