Kisah RS Dustira Cimahi dan Cerita Masa Lalunya Sebagai Rumah Sakit Militer

Cimahi - Rumah Sakit Dustira merupakan salah satu bangunan cagar budaya yang sarat akan nilai sejarah. Bangunan tersebut berada di Kelurahan Baros, Kecamatan Cimahi Tengah, Kota Cimahi, Jawa Barat.

Berdasarkan kisahnya, RS Dustira mulanya merupakan rumah sakit militer milik pemerintah kolonial Belanda yang selanjutnya difungsikan sebagai tempat perawatan tawanan tentara perang di paruh tahun 1940an.

Dari segi arsitektural, RS Dustira memiliki corak neo klasikal yang estetik dengan jajaran jendela dan gerbang besar yang melengkung layaknya bangunan Eropa di abad pertengahan. Penasaran? dilansir dari berbagai sumber Senin (03/1), berikut sepenggal kisahnya.

Dipersiapkan Sebagai Penunjang Kota Militer


Dilansir dari rsdustira.com, Rumah Sakit Dustira mulanya dipersiapkan untuk menunjang aktivitas tentara Belanda di wilayah Cimahi dan sekitarnya. Saat itu Cimahi yang tengah dipersiapkan sebagai kota militer membutuhkan infrastruktur kesehatan yang mumpuni.

Selain itu, pendiriannya juga dijalankan sebagai penunjang pengamanan, di mana ketika itu Gubernur Jenderal berniat memindahkan ibukota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung.

Pembangunan Militare Health center sendiri selesai pada tahun 1887. Ia berdiri di lahan seluas 14 hektare yang saat ini bisa diakses dengan kendaraan umum (angkot Stasiun Hall-- Cimahi), kurang lebih 20 kilometres ke arah barat, dari Kota Bandung, Jawa Barat.

Sempat Dikuasai NICA hingga Diserahkan ke Tentara Indonesia


Saat perang pasca kemerdekaan, RS ini sempat dikuasai oleh NICA pada 1945-1947 hingga diserahkan oleh militer Belanda ke Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diwakili oleh Letkol Dokter Kornel Singawinata, sebagai kepala rumah sakit yang saat itu bernama Territorium III.

Berjalan beberapa waktu, Panglima Territorium III/Siliwangi, Kolonel Kawilarang, menetapkan nama rumah sakit ini dengan nama Rumah sakit Dustira. Momen tersebut bertepatan dengan perayaan Hari Ulang Tahun Territorium III/Siliwangi yang ke-10, di tanggal 19 Mei 1956.

Diubahnya nama menjadi Dustira merupakan bentuk penghormatan TNI terhadap jasa-jasa Mayor dr. Dustira Prawiraamidjaya yang merupakan dokter tentara dari Resimen 9 Divisi Siliwangi dan telah menunjukkan itikad dan patriotismenya membantu para pejuang di medan peperangan.

Mayor Dustira memberikan pertolongan kepada para korban peperangan terutama di wilayah atau front Padalarang.

Rumah Sakit Dustira Kini


Saat ini Dustira dikenal sebagai rumah sakit kebanggaan prajurit di wilayah Kodam III Siliwangi. Fungsinya word play here masih dipertahankan sebagai fasilitas kesehatan rujukan tertinggi, karena mampu mengupayakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif terpadu.

Pasien yang dirawat word play here kini beragam, tak hanya dari kalangan militer, tetapi juga masyarakat sipil.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pihak Militer Myanmar Tangkap 3 Jurnalis Dawei Watch

Sejarah Tanah Deli Dan Asal Mula Nama Kota Medan, Sebagai Berikut

Kisah Stasiun Radio Pemancar Pertama yang Mendunia Berada di Malabar Bandung